Cukuplah Allah
Menjadi manusia dewasa memang menyisakan perasaan layaknya permen nano-nano. Di usia sekarang aku seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tak memberiku waktu banyak untuk berpikir, juga tanpa memberiku ruang untuk bertanya. Pada beberapa hal aku bahkan menjadi takut untuk sekadar bercerita, aku bingung apakah hal remah temeh bisa menjadi suatu topik yang penting untuk diceritakan kepada orang lain atau tidak. Pada dasarnya aku sangat sungkan untuk mengganggu orang lain, biarlah aku pada akhirnya bercerita pada buku harianku sendiri. Memang pada akhirnya aku hanya butuh mengeluarkan segala keresahan yang bergulir di otak, bahkan aku sendiri sebenarnya sudah tau apa yang harus aku lakukan, namun manusia memang seperti itu rupanya, butuh untuk mengeluarkan berbagai kegelisahan yang mendera dan menyerang tiap inchi pikiran dan hatinya. Walau aku tau tulisan ini mungkin hanya akulah pembacanya, namun aku lega merekam perasaanku di tempat ini, tersenyum melihat aku sekarang yang bis