Cukuplah Allah

Menjadi manusia dewasa memang menyisakan perasaan layaknya permen nano-nano. Di usia sekarang aku seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tak memberiku waktu banyak untuk berpikir, juga tanpa memberiku ruang untuk bertanya. Pada beberapa hal aku bahkan menjadi takut untuk sekadar bercerita, aku bingung apakah hal remah temeh bisa menjadi suatu topik yang penting untuk diceritakan kepada orang lain atau tidak. Pada dasarnya aku sangat sungkan untuk mengganggu orang lain, biarlah aku pada akhirnya bercerita pada buku harianku sendiri. Memang pada akhirnya aku hanya butuh mengeluarkan segala keresahan yang bergulir di otak, bahkan aku sendiri sebenarnya sudah tau apa yang harus aku lakukan, namun manusia memang seperti itu rupanya, butuh untuk mengeluarkan berbagai kegelisahan yang mendera dan menyerang tiap inchi pikiran dan hatinya. Walau aku tau tulisan ini mungkin hanya akulah pembacanya, namun aku lega merekam perasaanku di tempat ini, tersenyum melihat aku sekarang yang bisa melewati kesulitan masa lalu adalah candu, pun demikian aku ingin merasakannya lagi dan lagi. 
Ada banyak hal yang aku pikirkan saat ini, tentang karir sebagai apoteker, tentang peran sebagai dai, tentang kewajiban sebagai anak, tentang menjadi seorang teman dan sahabat, tentang kehausan sebagai seorang pencari ilmu, dan keresahan-keresahan lainnya. Sepertinya aku harus benar-benar menginventarisir ulang tiap peran dan apa yang harus aku lakukan dan aku upgrade dari setiap peran yang aku miliki. Ya Allah benar memang bahwa waktu yang aku punya sesungguhnya sangatlah sempit dibanding dengan kewajiban yang aku miliki. Ya Allah kuatkanlah aku, berilah aku kemampuan untuk tetap kokoh dan menjadi mutiara dimana pun Engkau menempatkan aku ya Allah. Seharusnya tak ada yang mampu membuatkan bersedih selain apa-apa yang Allah tidak suka, selebihnya biarlah aku berlepas diri, termasuk bagi mereka yang tidak suka dan membicarakan keburukan dan kekuranganku di belakangku. Omongan buruk manusia tidak akan mengurangi kemuliaanmu dihadapan Allah, dan sanjungan manusia tak mampu pula menyelamatkanmu dari murkanya Allah. Cukuplah Allah bagiku. 

Ciputat, 111119

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aseptik Dispensing (part 1)

Catatan Kuliah : Refleksi Individu Kolaborasi 2

Cuek? Ga Peduli? Egois?