Aseptik Dispensing (part 1)

Ini merupakan tulisan alias catetan sekalian buat belajar ujian aseptik dispensing besok. Dosennya Ibu Rina (RSCM).

Kita mulai dari diktat dulu yaa wkwk :)
1. Bila RS tidak mempunyai LAF dan ruang steril, bagaimana melakukan aseptik dispensing?
Jawab :
Seperti yang sudah kita pelajari bahwa aseptik dispensing adalah suatu proses dispensing yang menjamin ketepatan sediaan steril yang dibuat bebas kontaminasi atau mengurangi kontaminasi mikroba hidup sampai suatu batas tingkat tertentu.
sesuai standarnya aseptik dispensing ini setidaknya membutuhkan 5 syarat, yaitu: Ruangan steril terpisah, LAF atau class cleanroom 100 (ruangan dimana tiap m3 nya hanya boleh maksimal terdapat 3520 partikel ukuran lebih dari 0,5 mm), sistem kualitas steril(CPOB), LAF/BSC, dan program jaminan mutu (QA). 
Jika RS tidak memiliki sarana tersebut pada dasarnya RS tersebut tidak bisa melakukan kegiatan aseptik dispensing sesuai CPOB, tetapi RS dapat melakukan teknik aseptik dengan menggunakan peralatan minimal seperti LAF kabinet/Hood. Hood/LAF harus disterilkan menggunakan ispopropil alkohol 70% sebelum digunakan. Penyiapan kegiatan aseptik dispensing ini dapat dilakukan di ruangan terisolasi dengan ventilasi yang baik (dipilih ruangan terbersih dan terhindar dari lalu lintas orang dan barang serta memiliki ventilasi yang baik), dan yang terpenting memiliki SDM yang terlatih yang mengerti  dan terlatih mengenai teknik aseptik. 

2. Desain ruangan steril menurut CPOB dengan keterangan tekanan ruangan dengan + !
Jawab :
(Materi Bu Ayu-RSCM retrivied from https://iaisingkawangbengkayang.files.wordpress.com/2017/07/materi-bu-ayu.pdf)
Alur lalu lintas orang dan barang dibedakan untuk masuk ke ruangan steril. Sebelum melakukan kegiatan aseptik dispensing, petugas mengganti semua peralatan untuk memenuhi standar CPOB di ruang persiapan. Petugas kemudian masuk ke ruang ganti/gowning, sedangkan alat dan bahan masuk lewat pass box. Setelah petugas mengganti pakaian dengan APD lengkap petugas langsung masuk ke ruang pencampuran. Idealnya untuk tiap ruangan memiliki perbedaan tekanan 10-20 pascal dimana ruang paling bersih memiliki tekanan yang paling positif untuk produk non sitostatika atau produk yang dijaga dari kontaminasi. Sedangkan untuk produk atau obat sitostatika dibuat tekanannya semakin negatif untuk mencegah paparan zat kepada petugas dan lingkungan. Udara akan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah, sehingga jika mengutamakan keamanan produk maka gunakan tekanan positif, sedangkan jika yang diutamakan adalah petugas maka menggunakan tekanan negatif.
Untuk pencampuran obat suntik non sitostatika atau bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi petugas maka menggunakan LAF tipe horizontal. Udara laminar yang berasal dari HEPA filter akan bergerak keluar ke arah petugas sehingga menjamin sediaan terjaga dari kontaminasi partikel dan mikroorganisme.

3. Mengapa pasien kemoterapi mendapatkan beberapa kombinasi obat kemoterapi? Sebutkan penggolongan obat sitostatika dan contohnya masing-masing ! 
Jawab :
Seperti yang kita ketahui bahwa sel kanker merupakan sel yang berproliferasi secara tidak terkendali sehingga menghasilkan sel yang sangat berlebihan. Obat-obat sitostatika ini diperuntukkan untuk mencegah proliferasi dari sel dengan berbagai macam mekanisme aksi. Obat sitostatika ini akan merusak DNA dan mencegah pembelahan dan proliferasi dari sel sehingga sel bisa lisis dan tidak membelah untuk memperbanyak diri. 
Dalam proses proliferasi sel, sel mengalami berbagai siklus sel, mulai dari fase S, M, dan G. Setiap fase ini berkontribusi dalam perkembangan sel dan obat sitostatika pun bekerja berdasarkan siklus sel tersebut. Sehingga ketika satu obat bekerja di fase tertentu maka obat lain dengan mekanisme aksi berbeda akan menghambat pertumbuhan sel di fase yang lain sehingga pengobatan akan lebih efektif. Namun tentu saja semakin banyak obat yang digunakan akan menimbulkan lebih banyak kemungkinan efek samping dan toksisitas, maka perlu dipertimbangan rasio manfaat dan risiko dalam kemoterapi ini.
Penggolongan obat sitostatika :
- Golongan antibiotik-->mengikat DNA secara kompleks sehingga sintesisnya berhenti, contoh: doksorubisin, bleomisin, 
- Hormon-->berikatan dengan reseptor protein pada sel kanker sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan sel kanker dalam jaringan-jaringan yang peka terhadap hormon. contoh : hidrokortison, prednison, antiestrogen (tamoksifen).
- Alkilator--> membentuk ion karbonium yang sangat reaktif, gugus alkil ini akan berikatan kovalen silang pada konstituen sel yang nukleofilik salah satunya adalah basa DNA. Contoh: Siklofosfamid, Cisplatin, prokarbazin.
- Antimetabolit-->bersaing dengan metabolit penting bagi sel contohnya asam folat, purin, dan pirimidin. contoh: antagonis folat (metotreksat), analog pirimidin (sitarabin, gemsitabin), analog purin (merkaptopurin, tioguanin).
- Alkaloid vinka--> menghancurkan benang spindel sehingga pembelahannya terhenti pada metafase sehingga menyebabkan kematian sel. contoh : vinkristin, vinblastin
- penghambat topoisomerase II--> membentuk kompleks tersier dengan topoisomerase II dan DNA sehingga mengganggu penggabungan kembali DNA yang secara normal dilakukan oleh topoisomerase. Enzim tetap terikat pada ujung bebas DNA dan mengakibatkan akumulasi potongan-potongan DNA dan terjadi kematian sel. contoh : etoposid

-sekian-

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kuliah : Refleksi Individu Kolaborasi 2

Cuek? Ga Peduli? Egois?