Refleksi kontribusi

Depok, 14 Oktober 2015
3 Muharram 1437 H

Bismillahirrohmanirrahim..
Angin berhembus bersama hujan yang turun ke bumi, di bumi yang sepi ini terkadang diri merasa lelah, bukan terkadang namun sering. Bukanlah sesuatu yang asing bahwa iman akan naik dan turun secara fluktuatif bagai nilai tukar rupiah, tapi itu hanya perumpamaan.

Ada saatnya diri ini futur, merasa telah berbuat sesuatu padahal belum, merasa lelah padahal belum berbuat apa-apa, merasa kecewa padahal belum memberi apa-apa. Ketika kontribusi berharap pamrih maka yang ada bukanlah kebahagiaan, namun yang ada hanya kekecewaan dan perasaan-perasaan buruk lainnya, karena pada dasarnya kita bukan sedang berkontribusi memberi, namun sedang meminta-minta dibalik topeng kontrbusi.

Sempat terjerat dan berada dalam keadaan futur bukanlah suatu kesalahan jika darinya kita dapat memperbaiki diri. Karena memang pada dasarnya begitulah sifat manusia, ya manusiawi. Ingin rasanya berlari dari semua ini namun lagi-lagi aku mulai menyadari bahwa kontribusi bukan sebuah perniagaan yang memikirkan untung rugi. Bukankah perniagaan dengan Allah selalu menguntungkan?

Ya, kini aku mulai belajar bahwa mereka yang sudah banyak manfaatnya bagi orang lain tak pernah mengabaikan walau mungkin mereka sering lelah, ya bedanya mereka tidak lari.

Terakhir mengutip kata-kata dari kiriman seorang teman dan kakak kelas yang satu orang namun kontribusinya seperti sebuah pasukan, kata-kata yang Ia kutip dari yang sudah tiada namun manfaatnya masih terasa :

"Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah terjaga, hingga kelesuan itu lesu menghampirimu."
(KH. Rahmat Abdullah)


Salam,

Rahma Sukmawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aseptik Dispensing (part 1)

Catatan Kuliah : Refleksi Individu Kolaborasi 2

Cuek? Ga Peduli? Egois?