How amazing ILC
Assalamu'alaikum..
Memegang proyek Buku Tahunan Departemen emang gampang-gampang susah yah, tapi seru karena dibantu oleh tim yang sangat hebat :)
oh iya saya mau repost kesan pesan salah satu teman kita di ILC, namanya Fadhlan Hidayat, Ilmu Komputer UI 2014.
Memegang proyek Buku Tahunan Departemen emang gampang-gampang susah yah, tapi seru karena dibantu oleh tim yang sangat hebat :)
oh iya saya mau repost kesan pesan salah satu teman kita di ILC, namanya Fadhlan Hidayat, Ilmu Komputer UI 2014.
Aku dan ILC SALAM UI 18
Sore itu, ada sebuah
chat masuk dari seorang teman satu departemen di sebuah organisasi. Departemen
yang 15 menitnya lagi akan memulai rapat rutinnya. Aku pilih untuk membacanya
diantara ratusan chat lain yang ku biarkan menunggu. Ternyata ia menanyakan
sebuah pertanyaan simpel tentang ku untuk melengkapi data di video profil dan
buku tahunan departemen kami. Namun beberapa saat setelah itu masuk satu chat
baru yang sepertinya dikirimkan kesemua pengurus. Isi chat yang kedua itulah yang
membuatku menuliskan barisan-barisan kalimat ini. Ia memintaku, atau lebih
tepatnya kami semua, untuk menuliskan pesan dan kesan kami selama lebih dari 8
bulan kepengurusan ini. "Dari hati, dengan niat, dan benar-benar apa yang
dirasakan. Pengennya nanti biar unyu gitu." Terdiam, lalu tersenyum
bingung. Ya, itu lah respon awal ku ketika selesai membacanya. Bukan karena tak
ada kesan dan pesan untuk disampaikan. Tapi justru karena terlalu banyak yang
ingin diceritakan. Iseng ku tanya berapa halaman kesan pesannya sambil
bercanda, jawabannya malah membuat soal itu semakin sulit untuk dijawab.
"Hanya satu paragraf saja sudah cukup. "Seperti menjawab soal
integral tak wajar dengan hanya satu baris penyelesaian. Apalagi deadlinenya
malam itu juga. Sudahlah. Jam pun terus berganti dan aku tetap bingung harus
mengirimkan jawaban seperti apa. Sampai akhirnya beberapa menit sebelum hari
berganti, dia kembali mengingkatkan untuk segera menyelesaikan soal rumit itu.
Hanya satu paragraf inilah yang bisa ku tuliskan untuknya. Aku kirim lewat wa
kepadanya, tanpa menjawab soal yang sesungguhnya.
Minggu, 29 November
2015. Sebelas hari setelah ku kirimkan tulisan itu. Tulisan yang membuatnya
tertawa sendiri di kantin ketika membacanya. Permintaannya kini sudah diganti.
Tak lagi satu paragraf, melainkan setengah kertas A4. Aku tidak tau apa
penyebabnya. Mungkin saja dikarenakan keluhanku sebelumnya atau mungkin juga
tidak. Tapi siapa yang sangka sampai saat ini pun ternyata permintaan itu masih
belum ku penuhi. Entah sudah berapa kali aku diingatkan untuk menyelesaikannya.
Setiap diminta, selalu ku jawab dengan candaan seolah-olah ini mudah dan segera
beres. Tapi kenyataannya, satu kalimat pun tak pernah lagi ku tulis.
Hari ini seperti batas
kesabarannya menunggu. Aku merasa dia begitu kesal ketika membalas chat. Dia
sama sekali tidak mau aku bertanya-tanya dan beralasan lagi untuk
menunda-nunda. Bukan hanya aku, dia masih harus menunggu beberapa kesan pesan
dari teman seperjuangan kami yang lain. Chat dari deputi dan kadept pun semakin
membuat ku merasa bersalah. Aku diingkatkan betapa kerjakerja kami ini
merupakan kerja yang saling terkait. Kerja yang akan tertunda jika satu orang
saja tidak menyelesaikan bagiannya. Bahkan bagian kecil sekalipun. Buku tahunan
departemen tidak akan selesai jika aku menunda bagian kecil ku.
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan
seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari
kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan
memudahkannya di dunia dan di akhirat…”(HR. Muslim). Potongan hadist itulah
yang menjadi penguatku untuk segera menghilangkan satu kesusahannya. Segera ku
tutup semua program yang sedang aktif di pikiranku. Ada yang lama tertutup. Ku
hentikan paksa prosesnya. Aku fokuskan otakku untuk memikirkan cara terbaik
menceritakan setiap detik yang telah ku lalui bersama ILC Salam UI 18. Mencoba
kembali merasakan setiap momen kebersamaan yang terjadi di antara kami. Satu
persatu bayangan mereka muncul dalam ingatan. Dia, dia, dia, semuanya.
Orangorang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan akan bertemu sebelumnya.
Orang-orang yang dengan kemampuan dan gayanya masing-masing, yang setiap dari
mereka memberikan setidaknya satu inspirasi.
“…Teman bukan sekadar
seseorang yang bisa diajak untuk menikmati waktu bersama. Seorang teman bisa
membantu kalian melakoni amalan-amalan hebat yang memicu pahala dan surga…”.
Sebuah kalimat yang ku kutip dari internet. Mohon maaf karena aku tak bisa
menemukan pemilik kalimat tersebut. Kalimat itu membuatku yakin untuk menyebut
ILC 18 merupakan teman yang sesungguhnya. Ia bahkan tak hanya membantuku
melakoni amalan-amalan hebat, melainkan memaksaku untuk terus melakukannya.
Seandainya seseorang bertanya ILC 18 itu apa, mungkin aku lebih memilih untuk
menjawab “ILC 18 adalah keluargaku”.
Kembali ke satu tahun
yang lalu. Saat itu aku sama sekali tidak tau tentang departemen ILC. Seorang
pengurus dari departemen lain lah yang menjelaskan sedikit tentang ILC. Aku
lupa siapa kakak itu. Saat itu sedang pertemuan anak magang di belakang
balairung. Setelah panjang lebar bercerita tentang departemennya, ia sedikit
memberitahu apa saja departemen lain yang satu bidang maupun beda bidang.
Tiba-tiba ada pertanyaan yang aku rasa tepat ke aku. “Apa ada yang merasa salah
pilih departemen? Mungkin seharusnya milih ILC?”. Saat itu aku ingin masuk ke
departemen yang lebih mengarah kepada pembelajaran tentang islam karena aku
merasa sedang membutuhkan hal itu. Penjelasan sangat singkat dari kakak itu
tentang ILC menjadikanku berfikir seharusnya aku magang di ILC saja. Akhirnya,
ILC merupakan pilihan pertamaku saat mendaftar ke SALAM UI 18.
“Andai kamu tahu
bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta
kepada-Nya.” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah). Satu paragraf sebelumnya hanyalah satu
sekenario singkat bagaimana aku bisa bergabung ke ILC 18 ini. Terlalu panjang
kalau harus diceritakan dari awal. Tapi ada tiga bagian terpenting. Pertama
dimulai dari keraguanku untuk mendaftar SALMAN 17 tapi teman-teman yang
sebenarnya baru ku temui saat display UKM bisa meyakinkanku saat itu juga.
Kedua, tempat magang yang justru memperkenalkanku dengan departemen ILC yang
sesuai dengan keinginan. Ketiga, sebenarnya aku mau ditolak sama kadept ILC 18 ini
karena saat itu ILC terlalu banyak yang daftar dan posisiku saat itu tidak
diwawancarai langsung olehnya. Tapi deputi yang mewawancaraiku justru
meyakinkannya untuk menerimaku. Aku lupa alasannya. Tapi ini bocoran langsung
dari kadeptnya. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih, karenanya aku bisa
bergabung ketempat yang tak pernah habis menyibukkan ku dalam kebaikan. Ini
semua skenario-Nya.
"Jika tidak
disibukkan dengan kebaikan, maka kamu akan disibukkan dengan keburukan"
(Imam Syafii). Tak terhitung lagi sudah berapa kali murabbi ku menyampaikan
nasehat Imam Syafii itu. Terlalu lebay mungkin jika dikatakan tak terhitung.
Namun aku memang tidak ingat berapa kali, jadi memang tidak bisa menghitungnya.
Kalo ditanya, “Apa rasanya sih bergabung dengan ILC SALAM UI 18?”. Aku akan
menjawab, “Rasanya seperti kuliah”. Loh kok bisa? Iya, ILC aku rasa sedikit
mirip kayak aku kuliah, setidaknya di jurusanku, Ilmu Komputer. Sama-sama
belajar dan tugasnya juga rutin setiap minggu. Bedanya kalau di kuliah
bahasannya materi kuliah dan pengetahuan buat bekerja dibidang komputer, kalo
di ILC bahasannya agama, berorganisasi, dan dakwah. Program dakwah ILC yang
rutin setiap minggunya pada dasarnya membuat kami tetap bisa sibuk dalam
kebaikan. Hanya saja yang disayangkan terkadang kami menunda kebaikan itu
karena alasan akademis atau hal lainnya.
Lupakan tentang ILC 18
yang aku sebut sedikit mirip dengan kuliah. Ada satu sisi lain dari ILC 18 yang
kalian mungkin akan tersenyum membacanya. Acara ILC lah yang membuatku untuk
pertama kalinya makan donat j-co, makan di tempat makan korea, hoka hoka bento,
dan di cafe masakan arab. Lupakan lagi juga tentang aku yang baru pertama
makannya. Intinya adalah aku senang karena ILC 18 masih memprioritaskan
kebersamaan kami disela-sela amanah yang cukup banyak. Ada dua program internal
ILC yang menarik bagiku, yaitu kegiatan kepoan dan who am I. Dua kegiatan itu
bagi ku sangat membantu untuk saling mengenal dan menguatkan kekeluargaan
diantara kami.
“Orang yang paling aku
sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.”(Umar bin Khattab). Satu lagi
hal yang berkesan dari ILC adalah bagaimana setiap kami ada salah atau lalai,
ada saja yang akan mengingatkan baik itu di grup ataupun langsung secara
personal. Terkadang terasa bosan dan kesal juga. Tapi jika dipikirkan kembali,
itu justru salah satu hal yang paling membantu untuk berubah manjadi lebih baik
lagi. Momen kehilangan teman yang jarang muncul karena ada kesibukan lain lalu
kembali lagi adalah saat-saat yang cukup mengharukan sebab aku tau terkadang
sulit rasanya untuk muncul kembali karena rasa bersalah meninggalkan yang lain
berjuang menyelesaikan prodak dan tugas yang kita tinggalkan. Tapi kita tetap
harus kembali untuk berjuang bersama.
Ini hanya sedikit dari
apa yang aku rasakan tentang ILC 18. Awalnya aku hanya menginginkan lingkungan
yang sama seperti di rohis SMA dulu. Tetapi nyatanya di ILC 18 ini aku
mendapatkan lebih dari pada bayanganku saat itu. Rasanya tidak perlu ada satu
paragraf khusus yang ku tuliskan untuk menyampaikan pesan kepada ILC
selanjutnya, karena sudah banyak pesan tersirat pada paragrafparagraf
sebelumnya. Di sini aku hanya akan menyampaikan arti dari salah satu ayat
Al-Qur’an yang bisa menjadi penyemangat kita. "Hai orang-orang mu'min,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu."(Surat Muhammad, ayat 7). Semoga kita semua tetap semangat
dalam menempuh jalan dakwah ini.
-Fadhlan Hidayat-
Komentar
Posting Komentar