#Paspor, bikin aja dulu kemananya mah belakangan (part 1)
Ada yang spesial
dari liburan kali ini, selain bertepatan dengan ramadhan, di liburan kali ini
juga rencanaku sejak semester 2 untuk membuat paspor terealisasi.
Oke di awal ini aku
akan cerita tentang proses pembuatan paspor yang aku alami yaa..
Nah jadi waktu itu
hari kamis tanggal 23 Juni 2016 aku berangkat ke Kanim Kelas I Tangerang,
kenapa aku pilih Kanim I Tangerang? Karena di Lebak gaada Kanim (kantor
imigrasi) dan transportasi ke arah Tangerang jauh lebih mudah buat aku
dibanding ke arah Serang/Cilegon, selain itu karena aku akan ditemani Dini
Maulidina (teman kuliahku yang rumahnya di Tangerang). Aku berangkat dari Rangkasbitung naik kereta Rangkas Jaya keberangkatan
jam 6 pagi sampai di St. Tanah Abang sekitar jam setengah 8 dan langsung naik
KRL arah ke St.Tangerang dengan transit terlebih dahulu di St.Duri. Sekitar jam setengah 9 aku sampai di
St.Tangerang, sambil menunggu Dini yang otw stasiun aku pun men-charge hp ku yang lowbat karena lupa di-charge semalam.
Dokumen yang aku
bawa untuk persyaratan dokumen pembuatan paspor :
- Akta Kelahiran (asli)
- KTP (asli)
- Kartu Keluarga (asli)
- KTM (asli-->khusus buat kamu yang mahasiswa)
Tak lama kemudian
Dini datang dan kita berdua langsung otw ke kantor imigrasi Tangerang dengan
menaiki Grab Car seharga 18 ribu rupiah (ini masih rush hour, jadi agak mahal)
kalo diatas jam 9 Cuma 13 ribu aja, sedangkan kalo naik grab bike di jam sibuk
harganya 10 ribu padahal deket, nah kalo diatas jam 9 pagi harganya cuma goceng
aja.
Sekitar 15 menitan
lah kita sampe di kanim, dari gedung depan kita langsung ke sebelah kiri kantor
imigrasi nya alias ke tempat foto kopi-an kanim (posisi kanan atau kiri mengacu
pada gedung).
Nah hal yang harus
dilakukan ketika sampai biar gak usah banyak tanya kaya kita (Aku dan Dini)
adalah :
- Ambil formulir dan surat pernyataan permohonan pembuatan paspor dewasa ke Abang foto kopi-an kanim secara gratis.
- Foto kopi 4 dokumen yang tadi dibawa (KK,KTP, akte kelahiran, dan KTM) pada kertas A4 dan dilarang dipotong (abangnya ngerti kok), mau foto kopi dimana aja bisa kalo emang sesuai syarat. Buat temen-temen yang gak mau ribet atau takut salah kaya aku mending foto kopinya di kanim aja biar gausah ngejelasin mau di fotkop kaya apa si dokumen itu, hehe. (kalo yang ini bayar @500/page, maklum harga imigrasi).
- Kalo semuanya udah lengkap ambil nomor antrian sambil di cek oleh petugas imigrasi dokumen-dokumen yang tadi kita bawa, ini khusus buat yang melakukan permohonan paspor secara walk in atau datang langsung. (Wajib banget bawa dokumen asli, karena Dini Cuma bawa foto kopiannya aja dan gak dibolehin, Dini Diniii).
- Nah setelah diperiksa dan dokumennya lengkap aku dikasih map kuning plus nomor antrian dan nunggu deh buat masuk ke loket 1 atau 2 (khusus walk in , btw just info saya mulai nunggu sekitar jam setengah 10 dan baru masuk jam 1 siang karena kepotong istirahat), nah sambil nunggu bisa dhuha, tilawah, atau tidur bentar di mushola yang deket banget sama tempat nunggu antrian, bahkan kedengeran kok kalo nomornya dipanggil, jadi siap-siap mendekat kalo nomor udah hampir di panggil.
Akhirnya di sekitar
jam 1 siang nomor antrian aku dipanggil juga, 2-040 masih saya inget disuruh ke
customer 2. Masuklah saya sendiri, diserahin deh map kuning tadi buat diinput
data dari formulir nya, terus diliatin deh dokumen aslinya, nah karena aku mahasiswa
makanya aku pas udah di dalem ini disuruh fotkop KTM dulu, hehe, selain itu
ditanya juga mau ke negara mana bikin paspor.
Setelah petugas
imigrasinya input data, aku bergeser ke bangku sebelahnya buat pengambilan foto
dan sidik jari (foto KTP dan paspor suka jelek hasilnya, wkwk), sambil
pengambilan data mereka sadar kalo aku dari Lebak bukan warga Tangerang, terus
terjadilah percakapan kurang lebih seperti ini :
Petugas : "Oh,
kamu dari Rangkasbitung, kenapa bikin paspor di Tangerang?"
Aku : "Soalnya
di Lebak gak ada kantor imigrasi Bu"
Petugas : " Ada
kok, malah lebih deket ngapain jauh-jauh kesini"
Aku : "Gak ada
bu kalo di Lebak adanya di Serang dan akunya lagi kuliah jadi mending
disini" (aku mulai kesal kalo ditanya masalah ini )
Petugas : " iya
kan Serang atau Cilegon lebih deket"
Aku : "saya nya
masih kuliah bu jadinya jauh kalo ke Serang"
Petugas : "
emang kuliah dimana?"
Aku : " di
Depok bu, di UI"
Petugas :
"ngekos dimana emang?"
Aku : "di
pondok cina bu"
Petugas :
"kenapa gak bikin di Depok aja, kan lebih deket?"
Aku : " Hmm bu
kan beda provinsi terus aku dianter temen juga yang orang
Tangerang sekalian
maen, yaudah deh bu" (hmmm kesel rasanya).
Petugas pun lelah
nanya-nanya aku, udah lah bu lanjutin aja gak usah bahas tentang ini, karena
mau gimana pun semua WNI bisa bikin paspor dimana saja, walaupun bukan di
domisili nya.
Setelah pengambilan
foto dan sidik jari aku pun dikasih surat pengantar pembayaran pembuatan paspor
yang harus aku bayarkan lewat teller bank BNI sebesar 355 ribu, plus 5 rb untuk
administrasi bank. Btw aku bayar ke bank BNI nya besoknya pas hari Jumat karena
abis dari Kanim kita main dulu ke SMS, hehe.
Pas aku selesai dan
keluar kanim aku baru sadar kenapa tadi aku gak jawab gini aja "Ohh karena
Kanim I Tangerang menurut review orang-orang di internet pelayanannya bagus dan
cepat, dan masih di Banten, jadi saya juga pengen tau dong sebagus apa pelayanannya",
biar pada melayang petugas imigrasinya, hehe.
Oke sekitar jam
setengah 2 siang kita meninggalkan, aku dan Dini jalan-jalan sekalian bukber,
beli buku, makan di Yoshinoya di Summarecon Serpong, btw naik Gojek harganya 15
ribu.
-bersambung-
salam,
Rastafawa
Komentar
Posting Komentar