Lebak, sebuah harapan dan tanggung jawab :)
Depok, 28 Juni 2015/11 Ramadhan 1436 H
Assalamu'alaikum sahabat..
Hmmm kalo diliat dari judulnya kok serius dan berat juga yaa.. Yaps, disini sekarang saya mau bahas nih kondisi pendidikan di Lebak secara asumsi, ingat loh yah ini belum berdasarkan data yang akurat namun bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan pengalaman pribadi kita sebagai warga Lebak yang pastinya lebih merasakan menjadi bagian objek observasi. Eits, maybe someone think why I used "we/kita" ? oke karena engga kaya tulisan-tulisan sebelumnya yang murni dari pribadi saya, sekarang saya akan mengangkat pendapat dari dua sahabat saya yang lain, yaitu Winda Nazirah Sulistia (ITB) dan Siti Nafilah (UNTIRTA), kita semua anak Lebak asli looh dan satu SMP yaitu di SMP Negeri 2 Rangkasbitung. Sebenernya masih ada dua orang lagi sahabat kita yang tergabung dalam suatu perkumpulan diskusi 5 menara (terinspirasi dari Ahmad Fuadi, penulis trilogi 5 Menara) yaitu Siti Mursilah (IPB) dan Vindy Indriani (ex.UDAYANA).
"Menurut kalian pendidikan di Lebak udah bagus belum sih?
Kira2 jumlah org yg kuliah apakah udah lebih besar persentasenya dibanding org
yg pilih cari kerja atau nikah?"
Berawal dari sebuah pertanyaan sederhana dari Winda yang lagi melakukan penelitian untuk UDO, hmmm yuk coba kita sama-sama berpikir apa yang sedang terjadi di Lebak ini. Sebagai warga negara Indonesia kita tentu memiliki kebebasan dalam mengeluarkan pendapat seperti yang tercantum dalam pasal 28 UUD 1945 yaitu kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Oke jadi tak ada maksud untuk memojokkan ataupun maksud lain dalam penulisan hal ini, ini murni karena kami peduli akan Lebak, ya Lebak sebagai tempat kami pulang untuk mengabdikan ilmu kami kelak, walau bukan dengan raga tapi minimal dengan karya.
Siti Nafilah
Sistem pendidikan di Lebak.....
kalau bicara bagus enggak
bagusnya relatif sih yah, sebenarnya pemerintah selalu berusaha untuk
memperbaiki sistem pendidikan di Lebak dengan menyimbolkan diri sebagai
"kota pelajar" entah itu hanya slogan belaka atau memang
pelaksanaanya sudah benar-benar diterapkan. Karena jiga dibandingkan dengan
kota jogja yang bener-bener sudah menjadi ikon "kota pelajar"
pemerintah rupanya harus benar-benar berbenah.
Apalagi kalau kita berbicara mengenai pendidikan di lebak selatan sana,
karena aksesnya yang begituuuu jauh ke daerah selatan yang bisa menghabiskan
waktu hingga 7 jam, terlebih lagi jalanan yang begitu rusak parah. Sehingga
dampaknya daerah disana seolah-olah terisolasi dengan hal-hal informasi baru
mengenai pendidikan. Saya punya temen, dia orang wanasalam. Setelah dia lulus
sma di kota rangkasbitung, dia kembali lagi ke kampungnya wanasalam dan memilih
untuk menjadi pengjar di sana bermodalkan hanya ijazah sma. Dia bercerita kalau
disana bener-bener kekurangan tenaga pendidik.
Sungguh ini sangat miris, ketika
tenaga-tenaga pendidik di kota berleha leha seenak semaunya mengajar
murid-murid dan tetap mendapatkan gaji yang besar setiap bulannya. Dan bukan
hanya itu saja, masih ingatkah dengan beritanya anak-anak sd di daerah sungai
cibereum yang harus bergelantungan menyebrang di seutas tali menyebrangi sungai
cibereum demi pergi ke sekolah. Berita ini sudah masuk di tv nasional.
Bayangkan akses untuk mereka bersekolah saja sudah benar-benar antara hidup dan
mati.
Selanjutnya mengenai persentase yang melanjutkan ke
perguruan tinggi. Menurut saya, persentase yang melanjutkan ke perguruan tinggi
di kabupaten lebak masih rendah. Banyak anak anak lulusan sma sederajat lebih
memilih cari kerja, kebanyakan dari mereka kerja ke pabrik pabrik yang hanya
bermodalkan ijazah sma. Mereka bener bener diperkerjakan seolah olah diperas
tenaganya dan mirisnya upahnya di bayar murah, tidak sesuai dengan umr. Perlu
diketahui juga umr di rangkasbitung sangatlah minim jika dibandingkan di ibu
kota. Itulah sebabnya banyak pencari kerja yang lebih memilih mengadu nasib ke
ibu kota dibandingkan mengembangkan kotanya sendiri.
Nikah ? Masih ditemui di
desa desa di kabupaten lebak gadis gadis yang di anggap sudah baligh mereka bisa
langsung di nikahkan, jadi menurut saya persentase yang melanjutkan ke
perguruan tinggi masih rendah. Yang mirisnya lagi sebagian dari mereka tidak
tahu mengenai prosedur-prosedur masuk perguruan tinggi. Mereka tidak tahu apa
itu snmptn, sbmptn, bagaimana menjawab soal-soal sbmptn. Kekurangan biaya juga
menjadi salah satu faktornya, mereka menganggap bahwa masuk perguruan tinggi
itu perlu biaya yang mahal, hanya orang orang yang punya duit yang bisa
mengenyam pendidikan tinggi. Padahal kini ada bidik misi, salah satu program
pemerintah yang membantu orang orang kurang mampu untukdapat kuliah. Terlebih
mereka dapet uang saku perbulannya
Winda Nazirah Sulistia
Pemerintah Lebak udah ada usaha buat ningkatin
sistem pendidikan daerahnya. Terbukti dgn adanya sekolah khusus bagi org2
kurang beruntung yg dibangun pak Jayabaya. Selain itu sekolah2 yg sekiranya
unggul diberikan fasilitas lebih dr pemerintah. Hal mainstream yg dialami oleh
pemerintahan Lebak adalah "pendidikan yg tidak merata". Ngga hanya Lebak kok, ternyata Serang sebagai ibu kota atau
bahkan Tangerang yg terkenal dgn kota paling maju se-Banten jg punya masalah
serupa. Tapi... kalau menyinggung masalah kualitas pendidikan kita emang kalah
jauh. Jangankan daerah dalem deh, di Rangkas aja daya saingnya menurut ane udah
kalah level dibanding sekolah luar Lebak. Dari situ org berpikir akan lebih
baik jika mereka memilih bersekolah di luar Lebak untuk dapet pendidikan yg
lebih layak dan profesional. Ane sendiri aja punya modus pribadi untuk daftar
ke cm. Simpel. Ane pengen berkembang.
Belajar dr roadshow UDO kemaren, anak kelas 12 notabene nya
pada pilih kerja dibanding kuliah. Yaa mungkin karena tuntutan ekonomi keluarga
ataupun tradisi org jaman dulu yg beranggapan kalo ijazah SMA aja udah cukup
keren buat dapet kerja yg layak. Tapi hidup semakin hari makin kejam bray jangankan lulusan
sma, sarjana aja banyak yg nganggur. Dari masalah tsb maka datanglah org2 cendekiawan dr luar
Lebak yg punya keahlian profesional untuk menduduki jabatan tertentu disini.
Dokter aja kita manggil dr Serang.
Nah, mungkin dr masalah ini kita yg in sya Allah calon
sarjana bisa berkontribusi kayak roadshow ke tiap sekolah atau bahkan ikut
gerakan mengajar. Mereka butuh informasi. Jalan pikiran mereka yg harus kita
ubah biar mau sekolah tinggi. Okelah mereka ga masuk ke ptn favorit tapi kita
hidup buat cari ilmu bukan sebatas dpt ptn. Nah setelah meluluskan org2
berkompeten, sekiranya nyadar diri lah balik lg ke kampungnya. Bangun Lebak
biar jd lebih baik. Kalo bukan kita, siapa lagi yg peduli?
Rahma Sukmawati
Pendidikan di Lebak itu kalo sistemnya sebenernya hampir
sama kaya kebanyakan daerah di Indonesia, karena memang sistemnya kan sistem
pendidikan nasional. Kalau masalah kuantitas mungkin di Lebak sudah mulai
meningkat dari tahun ke tahun namun ya masih perlu di perbanyak lagi terutama
di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Kalau dari segi kualitas jujur dan
bisa menjadi cambuk buat kita bahwa kualitas pendidikan di Lebak masih rendah.
Banyak faktor yang menjadi dasar masih rendahnya kualitas pendidikan di Lebak.
Yang pertama bisa kita lihat dari masyarakat itu sendiri yang kebanyakan
pemikirannya masih pikiran doktrin-doktrin masa lampau yang meyakini bahwa mau
sekolah atau engga nasib sama aja. Yang kedua adalah keadaan ekonomi masyarakat
yang masih rendah, keadaan ekonomi sejalan dengan tingkat pendidikan, biasanya
orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi sangat peduli akan pendidikan
begitu pun sebaliknya. Yang ketiga dari pemerintah yang mungkin masih belum
maksimal dalam mengalokasikan perhatian khusus dan maksimal terhadap bidang
pendidikan di Lebak ini, di pemerintahan walaupun tidak semua kini telah
didominasi oleh sikap mementingkan diri sendiri dan kurang amanah dalam
menjalankan tugasnya. Yang keempat dari sisi tenaga pengajar yang kualitasnya
masih harus ditingkatkan dengan berbagai pelatihan dan prestasi sehingga akan
bisa menjadi tauladan dan memberi motivasi tersendiri bagi anak muridnya.
Saya
kira itu beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya kualitas pendidikan
di Indonesia. Seperti yang kita tau juga bahwa Lebak semakin hari semakin terus
berbenah, termasuk dalam bidang pendidikan. Jika kita menyebut nama Lebak maka
kita perlu melihat secara keseluruhan, bukan hanya daerah Rangkasbitung saja,
Lebak adalah wilayah yang luas dan masih dibutuhkan persebaran yang merata di
setiap daerah.
Kalau masalah presentase jumlah orang yang kuliah dibanding
dengan orang yang pilih kerja atau nikah tanpa ragu bisa dilihat kalau
perbedaan presentase nya cukup jauh, walau kita belum bicara data tapi melihat
keadaan di masyarakat sebagai orang Lebak maka hal ini dapat dilihat secara
jelas dengan kasat mata. Jika dianalisa dari fenomena yang terjadi maka dapat
dilihat beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan yang ada di Lebak ini.
Salah
satu faktor masih rendahnya minat para pelajar Lebak untuk melanjutkan ke
bangku kuliah adalah kualitas pendidikan dasar di Lebak yang belum merata
sehingga kurangnya rasa percaya diri dari para pelajar untuk bisa melanjutkan
kuliah yang disebabkan kurangnya akses informasi dan sosialisasi dari
institusi. Selain itu faktor ekonomi adalah salah satu faktor terpenting dimana
banyak calon mahasiswa merasa tidak mampu untuk kuliah karena terbentur masalah
biaya. Faktor lain adalah adanya stereotipe masyarakat yang masih menganggap
bahwa kuliah atau tidak kuliah sama aja, kuliah hanya menghabiskan uang, lebih
baik bekerja bisa menghasilkan uang. Tentu rendahnya presentase pelajar yang
melanjutkan ke jenjang perkuliahan merupakan perpaduan dari berbagai faktor
baik eksternal maupun internal.
Adapun para mahasiswa Lebak yang saat ini
sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah sebagian besar berkuliah di
perguruan tinggi swasta yang tentu biaya kuliahnya mungkin sedikit lebih mahal.
Teman-teman mahasiswa dari daerah pedalaman Lebak rata-rata melanjutkan kuliah
ke Rangkasbitung saja sudah untung, karena memang tidak ada perguruan tinggi di
daerah pedalaman Lebak. Bagaimana pun kondisinya tentu kita harus tetap
mengapresiasi terhadap keinginan para pemuda Lebak dalam mengenyam pendidikan
tinggi demi Lebak yang lebih baik. Segala keterbatasan bisa dihadapi asal ada
niat dan kemauan untuk berubah.
Nah sahabat itulah kira-kira sedikit ulasan pribadi kami mengenai kondisi pendidikan di Lebak. Nah dibawah ini ada salah satu diagram yang menunjukkan motivasi kuliah dari responden para pelajar di Lebak.
Salah satu diagram hasil penelitian dari tim UDO :) |
Salam,
Rahma Sukmawati
Komentar
Posting Komentar